Steven adalah seorang karyawan perusahaan yang cukup terkenal di
Jakarta, memiliki dua putra. Putra pertama baru berusia 7 tahun bernama
Leo dan putra ke dua berusia dua tahun bernama Kristian. Seperti biasa
jam 21.00 Steven sampai di rumahnya di salah satu sudut Jakarta, setelah
seharian penuh bekeja di kantornya. Dalam keremangan lampu halaman
rumahnya dia melihat Leo putra pertamanya ditemani b...ik Yati
pembantunya menyambut di gerbang rumah.
"Kok belum tidur Leo?" sapa Steven sambil mencium anaknya. Biasanya Leo
sudah tidur ketika Steven pulang dari kantor dan baru bangun menjelang
Steven berangkat ke kantor keesokan harinya.
"Leo menunggu Papa pulang, Leo mau tanya, gaji Papa itu berapa sih Pa?"
kata Leo sambil membuntuti papanya.
"Ada apa nih kok tanya gaji papa segala?"
"Leo Cuma pingin tahu aja kok Pa ?
"Baiklah coba Leo hitung sendiri ya. Kerja papa sehari di gaji Rp
600.000,-, nah selama sebulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Nah
berapa gaji papa sebulan?"
"Sehari Papa kerja berapa jam Pa?" tanya Leo lebih lanjut.
"Sehari papa kerja 10 jam Leo, nah hitung sana, Papa mau melepas sepatu dulu."
Leo berlari ke meja belajarnya dan sibuk mencoret-coret dalam kertasnya
menghitung gaji papanya. Sementara Steven melepas sepatu dan meminum teh
hangat buatan istri tercintanya.
"Kalau begitu, satu bulan Papa digaji Rp 15.000.000,-, ya Pah? Dan satu
jam papa di gaji Rp. 60.000,-." Kata Leo setelah mencorat-coret sebentar
dalam kertasnya sambil membuntuti Steven yang beranjak menuju kamarnya.
"Nah, pinter kamu Leo. Sekarang Leo cuci kaki lalu bobok." Perintah
Steven, namun Leo masih saja membuntuti Steven sambil terus memandang
papanya yang berganti pakaian .
"Pa, boleh tidak Leo pinjam uang Papa Rp. 5.000,- saja?" tanya Leo dengan hati-hati sambil menundukkan kepalanya.
"Sudahlah Leo, nggak usah macam-macam, untuk apa minta uang malam-malam begini.
Kalau mau uang besok saja, Papa kan capek mau mandi dulu. Sekarang Leo tidur supaya besok tidak terlambat ke sekolah!"
"Tapi Pah.."
"Leooo !! Papa bilang tidur!"bentak Steven mengejutkan Leo.
Segera Leo beranjak menuju kamarnya. Setelah mandi Steven menengok kamar
anaknya dan menjumpai Leo belum tidur. Leo sedang terisak pelan sambil
memegangi sejumlah uang. Steven nampak menyesal dengan bentakannya.
Dipegangnyalah kepala Leo pelan dan berkata: "Maafkan Papa ya nak. Papa
sayang sekali pada Leo." ditatapnya Leo anaknya dengan penuh kasih
sambil ikut berbaring di sampingnya.
" Nah katakan pada Papa, untuk apa sih perlu uang malam-malam begini.
Besok kan bisa, jangankan Rp. 5.000,-, lebih banyak dari itupun akan
Papa kasih."
"Leo nggak minta uang Papa kok, Leo cuma mau pinjam. Nanti akan Leo
kembalikan, kalau Leo udah menabung lagi dari uang jajan Leo."
"Iya, tapi untuk apa Leo?" tanya Steven dengan lembut.
"Leo udah menunggu Papa dari sore tadi, Leo nggak mau tidur sebelum
ketemu Papa. Leo pingin ngajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit
saja. Ibu sering bilang bahwa waktu papa berharga. Jadi Leo ingin beli
waktu Papa."
"Lalu. " tanya Steven penuh perhatian dan kelihatan belum mengerti.
"Tadi Leo membuka tabungan, ada Rp 25.000,-. Tapi karena Papa bilang
satu jam Papa dibayar Rp. 60.000,-, maka untuk setengah jam berarti Rp.
30.000,-. Uang tabungan Leo kurang Rp. 5.000,-. Maka Leo ingin pinjam
pada Papa. Leo ingin membeli waktu Papa setengah jam saja, untuk
menemani Leo main ular tangga. Leo rindu pada Papa." Kata Leo polos
dengan masih menyisakan isakannya yang tertahan."
Steven terdiam, dan kehilangan kata-kata. Bocah kecil itu dipeluknya
erat-erat, bocah kecil yang menyadarkan bahwa cinta bukan hanya sekedar
ungkapan kata-kata belaka namun berupa ungkapan perhatian dan
kepedulian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar